Kamis, 31 Oktober 2013

Melati Dari Jaya Giri - Trio Bimbo



Album Trio Bimbo 1971

Lagu “Melati Dari Jayagiri” karya Iwan Abdurrahman berada pada urutan kedua muka A piringan hitam Trio Bimbo 1971 yang dirilis oleh Fontana Singapore pada tahun 1971. Sebuah lagu bernuansa sejuk dan mnyeret imajinasi pendengar  kea lam lingkungan yang ramah dan bersahabat.
“Melati dari Jaya Giri/ Ku terawang keindahan kenangan/Hari hari lalu di mataku/Tatapan di mataku/ Tatapan yang lembut penuh kasih”.
Lagu ini tampaknya menjadi landmark lagu lagu bercorak folk ballad yang dikumandangkan Sam, Acil dan Jaka. Atmosper melodi sunda yang lirih jelas tertangkap dalam notasi lagu ini. Tak heran jika menyimak lagu ini secara utuh akan menyembul landskap lereng Gunung Tangkuban Perahu serta rimbunnya hutan pinus yang menyelimuti kawasan Jayagiri. Namun ada sedikit yang mengganjal jika menelaah lirik lagu ini. Kenapa? Karena di sekitra Jayagiri justru tidak tumbuh melati.
“Melati di lagu ini hanya merupakan symbol saja. Melambangkan kabnggaan, keagungan dan keharuman,” urai Iwan Abdurrachman, yang sehari harinya memang dekat dengan suasana  alam.
Bagi Iwan Abdurrachman, lagu “Melati dai Jayagiri” bukanlah sebuah lagu cinta seperti yang bnayak ditafsirkan secara harafiah. Iwan Abdurrachman  yang kerap dipanggil Abah Iwan ini menyebut lagu ini justru memendam filosofi  spiritual, melukiskan kehidupan alam dan cercahan harapan menanti esok hari di tengah gelapnya malam. Sebuah makna yang dalam (rolling)

Senin, 28 Oktober 2013

Merpati Putih – Chrisye






Album Badai Pasti Berlalu

Sebelum dinyanyikan Chrisye  dalam album Badai Pasti Berlalu, lagu “Merpati Putih” sebetulnya dinyanyikan oleh Broery Pesolima dalam film layar lebar Badai Pasti Berlalu besutan Teguh Karya. Ketika Eros Djarot berniat menampilkan inspired soundtracknya dalam bentuk kaset, pilihan jatuh ke Chrisye sebagai penyanyinya. Piano terasa sangat dominan di album ini. Suasana akustik memang menjadi pola dasar aransemen music lagu “Merpati  Putih”. Di bagian coda terdengar petikan gitar akustik yang dimainkan Chrisye perlahan pupus untuk kemudian senyap. Lagu “Merpati Putih” ini memang terdengar sangat filmis. Notasi yang dipilih Erros Djarot beserta narasi liriknya memang berkesan sebuah score yang mengiringi kelabat adegan dalam film. Sebuah lagu soundtrack film yang paripurna tentunya.
Selain memainkan seluruh perangkat keyboard termasuk Solina Strings yang memberikan cita rasa pseudo-symphonic yang orchestral, Yockie Surjoprajogo  pun ikut memainkan perangkat drum. “Untuk lagu bertempo pelan seperti “Merpati Putih” saya yang turun memainkan drum. Nanti pada lagu yang agak sulit drumnya seperti “Serasa”, “Cintaku” baru Fariz RM yang turun tangan, “ ujar Yockie Surjoprajogo tergelak/
Di lagu ini Chrisye memperlihatkan kelasnya sebagai vokalis stylish dengan gaya bernyanyi yang susah diduplikasi. “Saya akui Chrisye memang hebat. Bayangkan, pada saat take vocal “Merpati Putih” Chrisye nyaris tak mrlakukan retake yang berulang ulang. Penggunaan studiopun jadi lebih efisien,” komentar Yockie Surjoprajogo. Dan lagu “Merpati Putih” pun menjadi monumental. (rolling)

Sabtu, 26 Oktober 2013

Burung Camar – Vina Panduwinata






Album Festival Lagu Populer Indonesia 1985

Banyak yang tidak tahu siapa pencipta lagu “Burung Camar” yang dinyanyikan oleh Vina Panduwinata. Mungkin banyak juga tidak tahu bahwa lagu “Burung Camar” yang mewakili Indonesia dalam “World Popular Song Festival 1985” itu aslinya adalah sebuah karya instrumental piano klasik yang ditulis Aryono Huboyo Djati pada tahun 1982. “Komposisi itu saya beri judul ‘All At Sea’,  karena nuansa melodinya memang ingin menggambarkan suasana lautan biru yang luas.” Ungkap Aryono yang kini lebih  dikenal sebagai fotografer professional.
Tiga tahun berselang, Aryono menyertakan karya ciptanya pada Festival Lagu Populer Indonesia. Aryono lalu mencari seorang penulis lirik untuk melodi lagu yang ditulisnya. Melalui sahabatnya, Rosihan Bajumi personel dari band Arulan, Aryono kemudian di pertemukan dengan Iwan Abdurrachman, composer yang pernah mendukung kelompok Bimbo. “Tanpa diduga, Kang Iwan menyodorkan lirik tentang burung camar yang hidup di sekitar lautan. Ini pas dengan tema melodi yang telah saya bikin yaitu mengenai lautan. Saya merasa terkejut,” tutur Aryono yang pernah membentuk group jazz fusion Warimoo di era 80an itu. Lalu Candra Darusman menggarap aransemen musiknya. Lagu yang semula beratmosfer klasik itu akhirnya berubah menjadi music pop yang menawan dan komunikatif. Lalu siapa yang akan menyanyikannya? Pilihan jatuh pada Vina Panduwinata penyanyi pop terdepan yang saat itu telah malang melintang dalam berbagai ajang festival lagu. Vina sempat kewalahan untuk untuk menyenandungkan notasi dari lagu “Burung Camar” yang memang dibuat untuk komposisi instrumental  piano. “Lagu ini banyak jebakannya.” Ungkap Vina Panduwinata. Tapi dengan luwes Vina berhasil menyenandungkan “Burung Camar” di  Budokan Hall pada Grand final 27 Oktober 1985 diiringi Yamaha Pops Orchestra. Candra Darusman memainkan piano dan Aryono sendiri memainkan Yamaha DX I. “Burung Camar” lalu meraih “Kawakami Award” sebagai lagu terbaik.(rolling)

Kamis, 24 Oktober 2013

Pemuda – Chaseiro




Album pemuda

Candra Darusman , seorang mahasiswa Ekonomi Universitas Indonesia resah. Saat itu di tahun 1977, setiap ia membaca Koran seolah ada sesuatu yang mengganjal benaknya. “Maklum, mahasiswa kan selalu ktitis tu,” ungkap candra yang kini bermukim di Geneva. Rupanya Candra mengkritik wartawan lewat lagu yang diciptakannya. “Saya melihat banyak para kuli tinta yang partisan dengan opini masing masing karena situasi  politik. Ada yang murni partisan, tapi ada juga yang mengadu domba  masyarakat agar korannya laku,” cerita Candra Darusman mengenai ikhwal lagu “Pemuda” yang dipopulerkan grup vocal kampus Chaseiro.
“Lalu saya tulis lirik, ‘Wartawan, kemana langkahmu menuju’. Bahkan di bait kedua saya tulis dengan pena yang bertinta belang. Maaf ya jangan tersinggung,” ungkap Candra Darusman yang juga pernah membentuk kelompok jazz Karimata di era 80an.
“Lalu kenapa jadinya ‘Pemuda’? karena ‘pemuda’ dapat mencakup semua profesi. Jadi lebih netral saya juga ingin menegur para pemuda  untuk kompak,” imbuhnya lagi.
Tema lagu “Pemuda” ini pMahasiswa tidak boleh berpolitik saat itu,” kenang Candra Darusman.
Di tahun 1978 lagu “Pemuda” direkam dan dijadikan judul album perdana Chaseiro yang terdiri atas tujuh mahasiswa itu.  Di luar dugaan, lagu “Pemuda” kemudian menjadi hit karena sering diputar di radio radio. Hingga kini lagu “Pemuda” masih sering terdengar berkumandang. “Apalagi isu perpecahan  sering mencuat. Jadi lagu ini masih relevan,” kata Candra Darusman.
“Bersatulah semua, seperti dahulu .”

Selasa, 22 Oktober 2013

Nuansa Bening – Keenan






Album Di batas Angan Angan 1978

Ketika akan menggarap album solo perdananya, Keenan Nasution sudah mempertimbangkan masak masak konseptata musiknya. Salah satunya, Keenan ingin membuat lagu yang tidak didominasi dengan instrument keyboard yang cendrung melodius dan illustrative. “Saya menghindari pengaruh album Badai Pasti Berlalu yang banyak bertumpu pada piano dan keyboard,” ungkap Keenan Nasution yang juga ikut terlibat dalam pembuatan album Badai Pasti Berlalu. “Saat itu memang telah terpikir untuk membuat lagu cinta tapi dengan lirik yang tidak pasaran.  Musiknya dirancang lewat petikan gitar akustik,” urai Keenan Nasution tentang asal muasal lagu yang kemudian di beri judul “Nuansa Bening”.
Namun keinginan kuat Keenan untuk menghindar dari pengaruh instrument piano tampaknya tak berhasil. “Saat itu versi mentahnya dengan iringan gitar sudah dimainkan oleh kelompok vocal SMA III, tapi ternyata lagu ini tetap membutuhkan piano,” jelas Keenan Nasution.
Lagu itu semakin memiliki makna setelah diimbuh lirik oleh Dr. Rudi Pekerti. Judulnya Nuansa Bening. Judul itu tercetus begitu saja dalam pikiran saya,” ungkap Rudi Pekerti yang menggandrungi  penyair Pablo Neruda. Dengan susupan kata kata yang sederhana, lagu ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi mencuat sebuah ungkapan yang jarang ditemukan dalam lagu lagu bertema romansa: “Tulusnya doa bercinta”.
Aransemen dibuat oleh Addie MS yang saat itu masih bersekolah di SMA III Jakarta. “Saya dijemput Keenan di sekolah. Masih pakai seragam sekolah. Lalu di bawa ke Gelora Seni. Itulah debut saya sebagai seorang arranger, tak mungkin saya lupakan”. Kenang Addie MS yang kini telah menjadi konduktor Twilite Orchestra. “Nuansa Bening” pun menjadi lagu yang tetap hijau sepanjang masa. Tahun 2008 lalu, “Nuansa Bening” kembali mendulang sukses ditangan penyanyi Vidi Aldiano.
“Hmmm … tiada yang hebat dan mempesona / ketika kau lewat dihadapanku, biasa saja.”