Sabtu, 09 November 2013

Damai Tapi Gersang – Hetty Koes Endang



Album Festival Lagu Populer Indonesia VII
Nama Ajie Bandi tiba tiba menjulang ketika komposisisnya ini meraih  salah satu gelar Most Outstanding Composisiton di World Popular Song Festival tahun 1977. Penampilannya dengan vocal utama dari Hetty Koes Endang menggetarkan atap Budokan Hall, Tokyo, untuk pertama kalinya anak bangsa bisa pulang membawa gelar dari festival yang kerap di jajal oleh wakil Indonesia sejak tahun 1971 itu.padahal sebelum di lagakan di Jepang, “Damai Tapi Gersang” hanya  meraih urutan kedua di Festival Lagu Populer Indonesia VII
Sebelumnya Ajie Bandi lebih dikenal sebagai pemain biola C’Blues dan sempat memperkuat group Gipsy ketika menjadi home band restoran  Ramayana di New York. Ajie juga membuat Contrapunk, band dengan music yang ia sebutsebagai Bach rock. Bersama anak anak Contrapunk jugalah ia merekam versi awal dari “Damai”. Jauh dari kemegahan versi music pengiring festival Jepang.
“kita hanya merekam dengan empat orang, jangan disbandingkan dengan Tokyo. Yangpasti di sana backing singernya tak tahu bahasa Indonesia, cuapannya seperti asal asal. Disini saya mengerjakan dengan apa yang saya mau. Biarpun musiknya mungkin kurang mantap. Namum saya lebih sreg”, jelas Ajie.
Lagu ini ia buat untuk mengetes kemampuannya dalam mebuat lagu pop yang berkualitas. Ia sadar tidak adajalanterbaik selain ikut serta dalam sebuahfestival lagu pop international.

Rabu, 06 November 2013

Iwan Fals – Wakil Rakyat


Sebagai anak gang di salah satu wilayah padat di Jakarta, menjadi penggemar Iwan Fals adalah sebuah keniscayaan. Sama seperti dengan bermain bola. Sebuah kelaziman. Tiap malam Minggu (atau kadang tiap malam) menjeritkan lagu lagu Iwan Fals adalah kewajiban yang dijalankan dengan rutin.
Tapi rutinitas seperti kadang membuat daya apresiasi melembek. Mejadi asal suka saja tanpa menyelami makna. Lagu lagu macam “Kembang Pete”, “Amulan Zig Zag”, Ujung Aspal Pondok Gede” dan lain lain jadi ‘kaluar masuk kerongkongan tanpa mencolek hati. Namum tidak dengan lagu ini.
Sebuah lagu kritik super yang mengstup kembali antenna kritis orang. Membuat orang jadi tersadar kembali betapa music dan lagu adalah medium yang bisa di pakai untuk kebajikan kemanusiaan. Untuk membuat kita selalu berani bersikap berani.bahkan bila yang dihadapi itu adalah sebuah institusi bernama Negara.
Lagu ini berbeda dengan lagu kritik social lainnya, yang biasanya berisi cerita spesifik rakyat kecil, karena hal diatas tadi. “Wakil Rakya” menyerang langsung Negara. Menguliti lembaga. Menonjok system. Tanpa tedeng aling aling. Tanpa metafora. Tapi tetap terasa datang dari suara arus bawah. Gugatannya tidak membuat lagu ini menjadi barang seni yang elitis atau asyik sendiri.
Konon itulah puncak dari karya protes sejati. Dalam sekaligus luas. Karena hampir semua  orang jadi merasa lebih terwakili oleh lagu ini di banding anggota dewan pilihan mereka sendiri.
Dan ketika puluhan tahun kemudian, pascareformasi, masuk kedalam gedung parlemen yang terhormat, menyaksikan sebuah undang undang buruk disyahkan oleh kursi kursi yang diisi belasan anggota dewan saja, hati saya masih spontan menyanyikan lagu ini. (rolling)

Selasa, 05 November 2013

Anggun C. Sasmi – Mimpi




Berangkat dari penyanyi remaja yang merupakan bibit yang sedang tumbuh. Tujuh tahun kemudian anggun go international dengan menelurkan album internationalnya “Snow on the Sahara dan anggun” dari album ini menggambarkan bagaimana gadis kelahiran 29 April 1974yang tomboy ini tidak hanya berwacana dalam usahanya go international , dia merintis masuk industry music dunia dengan cara yang sebenarnya terlalu riskan untuk seorang gadis seusianya. Alhamdulilah Anggun berhasil.  Adalah Sudarto Singowijoyo atau yang lebih di kenal Darto Singo, sang bapak yang juga seorang penulis cerpen, yang mengajari  Anggun cara menguasai blocking panging sebagaimana teater. Ibunya, Dien  Herdina, bertindak sebagai manajer, Menurut Anggun waktu itu, “Mama yang tanda tangan, aku yang kerja”
Gara gara tanda tangan ini, Anggun terpaksa menyayi lagu disko untuk soundtrack sebuah film, padahal dia menyukai lagu lagu rock dan metal, yang membuat dia berteman dengan Gideon Tanker, Ian Antono, Toto Tewel, Eet Syaharanie dan Teddy Sudjaja. Tahun 1990 menjadi penting bagi Anggun,lagu “Mimpi” karya Teddy Sudjajadan Pamungkas NM menjelang akhir tahun mengangkat Anggun sebagai penyanyi sejajar dengan Nicky Astria yang waktu itu adalah penyanyi rock terbaik.(rolling)

Minggu, 03 November 2013

Angin Malam – Broery Marantika





“He chose tocome in late. And with the cool confidence of a man well accustomed to public performances,Broery Marantika made a classic “superstar” entrance. The deliberate lingering at the doorway followed by a dramatic removing of showy showbiz sunglasses. Then, the arrogant strut, the slow swagger across the room, the casual sneeping glance at the people, and the swinging of the sunglasses, all his movements very studied, deliberate,”
 Tulis majalah Fanfare, Malaysia, tahun 1979.
Broery Pesolima, Broery Marantika, Broery Abdullah atau Broery saja, adalah penyanyi yang pada tahun 1970an saking populernya di  Malaysia, diakui sebagai penyenyi negeri jiran itu. Di negerinay sendiri, Broery  mulai tenar awal tahun 1960 an, lewat lagu “Angin Malam” (ciptaan A Riyanto, 1962). Setelah itu dia lebih sibuk naik turun panggung bersama group The Pro’s pimpinan Dimas Wahab hingga ke New York, Amerika Serikat.
Broery yang lahir di Ambon 25 Juni 1948 memiliki teknik menyenyi yang luar biasa. Dia tutup usia 7 april 2000 di Jakarta setelah mengalami beberapa kali stroke. Meninggalkan seorang istri, Wanda Latuperissa, dan dua anak, Indonesia Pesulima Putra yang sekarang berusia 19 tahun dan Nabilia MethayaPesulima Putri (18). Selain “Angin Malam”, hitnya yang lain adalah “Hati Yang Terluka” (A. Riyanto), “Aku Begini Kau Begitu” (Rinto Harahap) dan “Jangan Ada dusta Diantara Kita” (Harry Tasman). (roling S.)