Album kemarau 1979
Saat melakukan perjalanan Bandung – Jakarta, pencabik bas
New Rollies yang atraktif di pentas Oetje F Tekol sering melihat penebangan
pohon pohon secara membabi buta sejauh mata memandang. Kiri kanan jalan yang
biasanya terlihat hijau kini berubah muram kecoklatan. Di Koran maupun majalah,
Oetje pun sering membaca soal penebangan hutan secara liar. Ini dialami Oetje
di tahun 1977. Mendadak Oetje pun tersentak. Sebentuk melodi pun secara tiba tiba
meyembul dari alam imajinasinya. Oetje bahkan telah mendapatkan sebaris lirik
yang berulang ulang: Mengapa, mengapa hutanku hilang/ dan tak pernah tumbuh
lagi/Mengapa, mengapa hutanku hilang/dan tak pernah tumbuh lagi”,
Sebagai lagu yang isinya bemuatan kritik terhadap
kesewenagan hutan dan lingkungan ini. Oetje merasa pas jika lagu ini dimainkan
dalam gaya country folk yang bertumpu pada kekuatan gitar.
Lagu yang kemudian bertajuk “kemarau” ini pun siap untuk
dimasukkan dalam deretan lagu yang akan dibawakan New Rollies dalam album Dansa
Yok Dansa yang dirilis Musica Studio’s pada tahun 1977. Tapi Oetje haus
mengalah karena lagu “Kemarau” versi country ini hanya ditaruh sebagai lagu
cadangan saja. Ketika New Rollies merilis album New Rollies vol 3 di tahun
1978, lagi lagi lagu “Kemarau” di coret dalam tracklist karena dianggap kurang
kuat.
Setelah “Kemarau” diubah dengan aransemen brass section
serta pola funk yang tegas, akhirnya lagu ini masuk dalam urutan pertama album
New Rollies yang dirilis di tahun 1979. Bahkan album inipun di beri judul Kemarau juga. Tahun ini pula “Kemarau” mendapat Anugrah Kalpataru dari Mentri
Lingkungan Hidup Dr. Emil Salim, karena liriknya yang dianggap mengkampanyekan
isu lingkungan hidup. (Rolling s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar