Album Di batas Angan Angan 1978
Ketika akan menggarap album solo perdananya, Keenan Nasution
sudah mempertimbangkan masak masak konseptata musiknya. Salah satunya, Keenan
ingin membuat lagu yang tidak didominasi dengan instrument keyboard yang
cendrung melodius dan illustrative. “Saya menghindari pengaruh album Badai
Pasti Berlalu yang banyak bertumpu pada piano dan keyboard,” ungkap Keenan
Nasution yang juga ikut terlibat dalam pembuatan album Badai Pasti Berlalu.
“Saat itu memang telah terpikir untuk membuat lagu cinta tapi dengan lirik yang
tidak pasaran. Musiknya dirancang lewat
petikan gitar akustik,” urai Keenan Nasution tentang asal muasal lagu yang
kemudian di beri judul “Nuansa Bening”.
Namun keinginan kuat Keenan untuk menghindar dari pengaruh
instrument piano tampaknya tak berhasil. “Saat itu versi mentahnya dengan
iringan gitar sudah dimainkan oleh kelompok vocal SMA III, tapi ternyata lagu
ini tetap membutuhkan piano,” jelas Keenan Nasution.
Lagu itu semakin memiliki makna setelah diimbuh lirik oleh Dr.
Rudi Pekerti. Judulnya Nuansa Bening. Judul itu tercetus begitu saja dalam
pikiran saya,” ungkap Rudi Pekerti yang menggandrungi penyair Pablo Neruda. Dengan susupan kata kata
yang sederhana, lagu ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi mencuat
sebuah ungkapan yang jarang ditemukan dalam lagu lagu bertema romansa:
“Tulusnya doa bercinta”.
Aransemen dibuat oleh Addie MS yang saat itu masih
bersekolah di SMA III Jakarta. “Saya dijemput Keenan di sekolah. Masih pakai
seragam sekolah. Lalu di bawa ke Gelora Seni. Itulah debut saya sebagai seorang
arranger, tak mungkin saya lupakan”. Kenang Addie MS yang kini telah menjadi
konduktor Twilite Orchestra. “Nuansa Bening” pun menjadi lagu yang tetap hijau
sepanjang masa. Tahun 2008 lalu, “Nuansa Bening” kembali mendulang sukses
ditangan penyanyi Vidi Aldiano.
“Hmmm … tiada yang hebat dan mempesona / ketika kau lewat
dihadapanku, biasa saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar