Jauh sebelum industry music Indonesia mengenal trend music
religi, Trio Bimbo telah menciptakan sebuah lagu untuk menggambarkan hubungan
antara manusia dengan Sang Khalik. Syamsuddin Hardjakusumah atau lebih dikenal
dengan panggilan Syam Bimbo, pencipta lagu “Tuhan”, mungkin tidak bermaksud
membingkai lagu tersebut dengan istilah religious. Aransemen “Tuhan” tidak
dibuat khusus seperti halnya album seri Qasidah mereka yang muncul beberapa
tahun kemudian. Tetapi public yang kerap memandangnya sebagai inspirasi
kelahiran lagu lagu bernuansa religi.
Kekuatan “Tuhan” terletak pada kombinasi antara deskripsi
yang tertuang dalam lirik dengan kesempurnaan teknik menyanyi falsetto Syam
yang berhasil menciptakan suasana hening dan syahdu. Terbebasnya lagu ini dari
stempel “religi” justru menjadikan lagu ini seperti siraman rohani yang menyejukkan. Inilah yang
membedakannya dengan lagu religi masa kini yang masih membutuhkan dukungan
situasi khusus. Para musisi atau pengusaha rekaman seperti tidak percaya diri
jika merilis album tersebut bukan pada bulan Ramadhan. Kekhawatiranseperti ini
cukup beralasan mengingat produk music religi masa kini umumnya lahir dari
sebuah strategi industry, bukan kepasrahan jiwa, sehingga sedikit bunyian rebana atau notasi
yang bernuansa timur tengah sudah di rasa cukup sebagai isyarat sebuah lagu
religi. Sebuah lagu bisa saja dikatakan memiliki unsure religi jika berhasil menampilkan
lirik yang menyentuh, tanpa harus menyertakan instrument tertentu.
Itulah yang dilakukan Trio Bimbo melalui “Tuhan”,
sebuah maha karya yang selalu
menyadarkan kita bahwa di hadapanNya kita tak lebih dari setitik noktah di
padang pasir nan luas.(rolling S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar